Kamis, 04 Juni 2015

PERNIKAHAN PADA MASA JAHILIYAH

Perkawinan di Masa Jahiliyah
Orang Arab sebelumIslam mempunyai macam-macam adat perkawinan:
1.      Nikah Al-Khidn. Menurut anggapan mereka asal tidak ketahuan, tidak apa-apa. Perkawinan ini seperti memelihara selir.
2.      Nikah Badal atau Tukar Isteri. Seseorang laki-laki menawarkan kepada laki-laki lain: “Izinkanlah saya tidur bersama isterimu dan isteriku boleh untuk mu”. Perkawinan ini seperti jual beli tukar tambah.
3.      Nikah Istibdha’. Nikah untuk mencari “bibit unggul”. Seseorang laki-laki menyuruh isterinya supaya tidur dengan laki-laki lain. Suami berpesan: “Kalau kamu sudah suci dari campuri”. Kemudian isteri tersebut memisahkan diri sampai nyata hamil. Kalau sudah hamil suaminya boleh mencampurinya kalau ia mau.
4.      Beberapa orang laki-laki. Kira-kira sepuluh orang mengumpuli seorang perempuan, mereka semua mencampurinya masing-masing mendapat giliran. Kalau perempuan itu sudah hamil dan melahirkan, selang beberapa malam perempuan itu memanggil semua laki-laki yang mencampurinya dan mereka tidak boleh menolaknya. Setelah kumpul perempuan itu berkata, “ semua sudah tau apa yang kamu perbuat terhadap diriku, sekarang saya telah melahirkan, anak itu adalah anak mu(ia menyebutkan nama seseorang laki-laki yang disukainya), maka anak itu diajukan sebagai anak laki-laki yang ditunjuknya dan laki-laki yang ditunjuknya tidak boleh membantahnya.

5.      Nikah Syighar. Seseorang laki-laki(orang tua atau wali) menikahkan anak perempuannya dengan seorang laki-laki diikuti dengan permintaan agar ia dikawinkan dwngan anak perempuan dari calon mempelayai laki-laki tersebut atau dengan perempuan yang ada dibawah kekuasaan calon mempelai laki-laki, keduanya(wali dan menantu) nikah tanpa membayar maskawin. 

Rabu, 03 Juni 2015

MANUSIA DAN CINTA KASIH

                                                
MANUSIA DAN CINTA KASIH
A.Cinta Kepada Tuhan
            Menghadirkan Tuhan di segala aktivitas, adalah satu kalimat yang menjadi induk dari ungkapan cinta kepada Tuhan. Kalimat tersebut ku dapat tak jauh dari hari, tanggal, jam, menit, serta detik saat aku menuliskan argumen atau lebih tepatnya cerita pendek ini.  Tak ku sesali apa yang ku ketahui tentang cinta kasih yang ternyata cakupan dan makna kata tersebut hanya setitik yang ku pahami. Tak ku sesali karena meskipun hanya setitik yang ku ketahui, tapi setidaknya itu menjadi modal untuk mengembangkan dan mencaritahu  hakikat cinta yang sesungguhnya.
            Cinta kasih yang teridentik dengan seseorang yang mengisi hati, yang memenuhi fikiran yang menggebu-gebu ingin memiliki, merasa tak sendiri, bagaikan seseorang yang beranggapan dialah segalanya yang  di lukiskan dengan sesosok makhluk ciptaan Tuhan yang berakal. Tetapi cinta kasih itu, tidaklah selamanya dapat memberikan ketenangan untuk jiwa dan raga hidup seseorang. Bila definisi dari cinta dan kasih hanya bagian dari kulit luarnya saja yang kita ketahui, tidakkah kamu penasaran dengan apa yang ada di dalamnya? Dari mana asalnya? Siapa yang menciptakannya? Itulah yang aku pertanyakan pada saat membaca dan mendengar cinta kepada Tuhan.
            Anggapan cinta yang ku ketahui tentang cinta kasih kepada sesama sempat membuat ku lupa akan siapa pencipta insan yang merasakan cinta kasih itu. Kecewa dengan sikap yang mengingat Tuhan ketika cinta kasih itu tak berpihak kepada ku. Lelah rasanya mempertahankan sikap yang demikian membuatku lupa akan kodrat sebagai makhluk ciptaan-Nya. Berserah diri, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah di perintahkan-Nya, dan yang terpenting adalah selalu bersyukur adalah tahap yang harus aku jalankan demi memperbaiki kesalahan yang telah terlanjur ku perbuat.
            Tak mudah rasanya bila di fikirkan, tapi niat, tekat, usaha dan doa menjadi langkah awal, loncatan pertama untuk menjadi peribadi yang sebagaimana  di tugaskan kepada umat manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang sesungguhnya.
            Mencintai makhluk ciptaan Tuhan yang lain hanya karena Allah, menundukan cinta kasih yang lain, menjadikan cinta kasih sebagai pendorong dan pembangkit dari cinta yang tulus kepada Tuhan. Dan terapkan dalam hati hadirkan Tuhan di segala aktivitas. Jika sebuah cinta dan kasih dijalankan dengan berserah diri kepada Allah, mencintai seseorang karena Allah dan tidak melebihi cinta kita kepada-Nya, serta berserah diri akan kuasa Allah akan menjadikan cinta kasih kita sebagai cinta kasih yang memang di dasarkan dengan ketulusan.

B. Cinta Kasih Kepada Orang Tua
            Saat di mana ke dua orang tua ku tertidur lelap, disitulah aku melihat dan merasakan takut kehilangan meraka, takut jauh dari mereka, dan menangis bila mengingat tingkah laku ku yang terkadang membuat mereka kecewa. Berusaha menjadi anak yang bisa membanggakan orang tua, membuat mereka tersenyum dan mencoba memperbaiki dan menutup rasa kecewa mereka yang sempat ku lukiskan di ingatan mereka. Usaha tersebut merupakan wujud dari caraku menunjukan cinta kasih kepada orang tua ku. Meskipun saat ini aku belum bisa memberikan semua yang telah ku niatkan. Tetapi keyakinanku ada untuk bisa membuat orang tua ku bahagia.
            Kasih sayang yang di berikan ke dua orang tuaku rasanya tak sebanding dengan apa yang mereka berikan kepadaku dan adik-adikku. Bingung harus dengan apa lagi ku wujudkan cinta kasih ini kepada mereka. Hanya saja dalam doaku tak pernah sekalipun aku luput untuk memohon ampun kepada Allah atas kesalahan kedua orang tuaku. Cita-cita yang sampai saat ini kusimpan di dalam hati untuk membahagiakan orang tuaku, bukan menjadi rahasia pribadi lagi, tetapi sudah menjadi rahasia umum semua anak kepada orang tuanya, untuk membahagikan kedua orang tuanya di dunia dan akhirat kelak.
            Surga yang berada di bawah talapak kaki sang ibu, kalimat yang menagandung makna teramat dalam karena mengingat pengorbanan seorang ibu yang berusaha dengan sekuat tenaga mengandung selama 9 bulan 10 hari, melahirkan dengan bertaruh nyawa, demi seorang anak yang mereka inginkan. Tetapi tanpa sengaja lupalah seorang anak akan surga yang ada pada ridho seorang ibu yang merupakan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
            Untuk mengucapkan terimakasih kepada Allah yang telah hadirkan seorang ibu, seorang ayah, yang begitu hebat, dengan orang tua yang tak kenal lelah demi masa depan anaknya.Tidak akan pernah ada habisnya dan takkan sanggup rasanya tangan ini menuai semua rasa cinta kasih itu di sebuah ukiran di ujung sebuah pena. Hanya rasa bangga yang mewakili rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, rasa haru yang bila mengingat pengorbanan orang tua, dan air mata yang lukiskan perasaan terimakasih yang mendalam. Murninya rasa cinta kasih yang diberikan orang tua tidaklah perlu di ragukan lagi. Karena kelangsungan dari sebuah kehidupan berawal dari cinta kasih yang tulus, berkembang menjadi sebuah kumpulan orang-orang yang penuh dengan cinta kasih(keluarga). Cinta kasih kepada orang tua hadir dengan sendirinya, tidak dapat di ukur dengan mata, hanya dapat di rasakan dari hati, tak dapat di lukiskan sepenuhnya dengan perilaku atau bahkan dengan suguhan makanan atau benda, tetapi hanya sekedar ungkapan rasa sayang kepada mereka.

C. Cinta Kasih Kepada Sesama
            Dengan salah satu kebutuhan manusia yang memang harus terpenuhi terkadang membuat seseorang lupa bagaimana dan usaha apa saja yang ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain sandang, papan, dan pangan yang harus terpenuhi, hal yang juga menjadi kebutuhan manusia adalah cinta dan kasih. Dengan status makhluk sosial yang di sandangnya tak ada satu manusia pun bisa hidup sendir,i yang dengan egoisnya tanpa adanya orang lain yang membantunya.
            Cinta kasih kepada sesama bisa timbul karena adanya rasa peduli, dan kepedulian itu juga terasa terbalas sehingga menimbulkan rasa nyaman. Cinta kasih yang ku dapatkan dari orang tua, saudara, sahabat, teman, serta orang terdekat lainnya membuatku merasa seolah-olah telah terpenuhinya kebutuhan akan cinta kasih itu. Tetapi ada saat dimana cinta kasih yang kuinginkan tak sesuai dengan apa yang ku harapkan, tak dapat kurasakan cinta kasih dari orang yang ku tuju dan terasa kosong bila cinta kasih itu tidak sampai kepada ku.
            Saat dimana cinta kasih itu tak sesuai, egois datang sebagai tanda tanya besar, sebagai pembelaan diri dan sebagai tuntutan hati yang harus segera terjawab. Tetapi, jika semua egois itu tetap diikuti bagaimana rasa sosial itu tumbuh? Bagaimana rasa peduli itu hadir? Bagaimana kasih dan sayang bisa berbalas? Dalam cinta kasih yang tulus, rasa egois untuk saling memiliki dan menguasai tidaklah ada. Karena cinta kasih tersebut bukanlah bertujuan untuk salaing memiliki. Meskipun rasa ingin memiliki itu ada, tetapi perlulah diingat tugas kita adalah menyayangi seseorang dengan tulus, tanpa mengharapkan terbalasnya cinta kasih tersebut. Karena dengan tunduknya kita kepada cinta kasih yang cenderung ingin memiliki, maka jika ada cinta kasih yang tidak terbalas akan muncul rasa sakit hati sesudahnya.
            Ada istilah jatuh cinta di kalangan remaja, dan itulah yang saat ini aku jalani. Jatuh karena cinta, dan bangkit karena cinta juga. Meskipun sebuah kata jatuh cinta itu mengandung konsekuensi yang cukup besar di kemudian hari, tetapi aku bangga dengan rasa cinta dan kasih yang ku miliki. Dengan cinta kasih itu, aku bisa mendewasakan diri, belajar memberi dan menerima dengan tulus, mengendalikan diri dari hal-hal yang membawaku pada arti cinta yang salah dan menghargai waktu yang telah hadirkan cinta kasih antara dua insan atau lebih.
            Bangga rasanya bisa berbagi cinta dan kasih sesama makhluk ciptaan Tuhan. Aku menghargai cinta kasih yang datang kepada ku termasuk dari sahabat, pacar, dan keluarga, sehingga harapan untuk terus saling berbagi kasih dan sayang sangatlah besar. Agar bisa menikmati dan melaksanaka tugas kita untuk memberikan cinta dan kasih sabagai pendorong, ujian untuk menguatkan mental, dan cinta sebagai pengikat agar tidak ada perpisahan karena persepsi cinta yang salah kita harus memahami betul apa makna cinta dan kasih.

            Cinta kasih yang ku tuangkan kepada sahabat yang senantiasa ada saat aku jatuh karena berbagai hal, cinta kasih(pertolongan) yang ku berikan kepada orang yang membutuhkan, cinta kasih kepada umat beragama, sangatlah ku jaga dan ku pelihara baik agar tetap terbinanya dan saling merasakan indahnya cinta kasih yang dijalankan dengan tulus tanpa memandang kepada siapa cinta kasih itu kita berikan.

ISIM ALAM


BAB. I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalaha
Untuk mengetahui dan mendalami ajaran agama islam itu kita harus mempelajarinya dari sumber  ketyang asli yaitu Al-Qur’anulkarim dan hadis nabi, sebagiamana kita ketahui bahwasanya semua sumber ajaran agama islam menggunakan bahsa arab. Oleh karena itu orang yang yang mendalami bahasa arab secara baik dan benar dari berbagai aspek bahasa arab yang sangat penting dan menjadi faktor utama adalah Ilmu Nahwu dan Sharaf.
Dalam ilmu Nahwu dan Sharaf salah satu pemahsannya adalah “Isim Jinis dan Isim Alam”.

BAB. II
PEMBAHSAN
ISIM ALAM
ا سم اعلم
A.     Pengerian Isim Alam
Isim Alam ialah Isim yang menunjukan nama yang menurut(asal) bentuk katanya telah menunjukan sesuatu yang tertentu tanpa ada qarinah seperti :
جَا لِدٌ   = Khalid (nama orang )                                     اَ لنَّيْلُ     = Nil (nama sungai)
  فَا طِمَةُ = Fatimah (nama orang )                                             دَمْشِقٌ = Damkus (nama Kota)
            Yang menunjukan isim alam antaralain adalah isim-isim yang menunjukan naa negara, orang,bangsa, suku, sungai, laut, ataupun gunung.
            Dilihat dari segi bentuknya, isim alam dapat terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1)      Isim Alam Mufrad, seperti : سليم     ا حمد
2)      Isim Alam yang terbentuk dari murakkab idhafi, seperti : عبدالر حمن     عبدا لله
3)      Isim alam yang terbentuk dari murakkab mazjiy, seperti : سيبو يه     بعلبك
4)      Isim alam yang terbentuk dari murakkab inadi, seperti :
-          تأ بط  شرا     جاءالحق       (nama orang laki-laki )
-          شا ب قرنا ها              (nama orang perempuan)
Ditinjau dari jelas dan tidaknya, isim alam dapat dibagi menjadi:  1. Alam Isim, 2. Alam Kunyah, 3. Alam laqab.
Ditinjau dari asal usulnya lafal, isim alam terbagi menjadi: 1. Isim Alam Murtajal, 2. Isim Alam Manqul.
Ditinjau dari segi siapa yang ditunjuki, maka isim alam dapat menjadi: 1. Alam Syakhshy, 2. Alam Jinsy
Isim alam juga dapat berentuk dari isim yang diberi dar kalimah isim yang dimudlafkan kepada isim ma’rifat atau dibentuk dari isim yang dibei أل  ,Alam ini disebut Alam Ghalabah, seperti lafal ابن عبا س  dan lafal المد ينة  
Lafal ابن عبا س adalah nma untuk abdullah bin abbas salah seorang sahabatNabi Muhammad SAW, bukan untuk nama orang lain. Sedangkan lafal لمد ينة  yang mempunyai arti kota adalah nama untuk kota tertentu yaitu Kota Madinah Nabawiyah yang dahulunya bernama Yasrib.

Alam Isim, Isim Kunyah dan Isim Laqab
            Ditinjau dari jelas atau tidaknya dalam menunjukan sesuatu, maka alam dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a.      Alam Isim
Adalah kalimah yang dibentuk untuk menjelaskan sesuatu baik kalimah itu menunjukkan pujian atau cacian, seperti  سعيد    (yang bahagia),  حنظلة   (buah yang pahit),. Atau tidak menunjukkan arti apa-apa, seperti  عمر    زيد   ataupun kalimah itu didahului dengan lafal  أب    atau أم  maupun tidak didahului.
b.      Alam Kunyah
Adalah kalimah yang menunjukkn nama orang yang mengandung arti pujian seperti :
-          زين العابدين  = Hiasan orang-orang yang beribadah
-          الرشيد          =  Yang memberi petunjuk/yang pintar
Atau mengandung arti cacian, seperti ;
-          ا لا عمش     = Laqab untuk beberapa penyair Arab (orang yang lemah pandangan matanya)
-          الشنفرى       = Laqab untuk penyair bangsa Azdi.
Termasuk Alam Laqab adalah nama yang menggunakan nisbah (membangsakan) dengan keluarga, suku, negara, atau kota, seperti nama :  المصرى   dan البغدادى   التمي   الهاشى   
Keterangan :
Apabila ada orang mempunyai nama yang didahului denagn lafal  أب   atau  أم dan tidak mengandung arti pujia atau cacian dan namanya memang untuk dirinya sendiri, maka nama itu adalah namanya dan sekaligus kunyahnya.
Apabila ada orang yang mempunyai nama yang tidak mengandung arti pujian dan cacian, dan tidak didahului dengan lafal أب   atau  أم  dan nama itu namanya sendiri dan sekaligus laqabnya.
Apabila nama itu didahulu denagn lafal أب   (ayah)  atau   أم (ibu) dan menunjukan cacian atau pujian sedangkan namanya untuk dirinya sendiri, maka nama tersebut namanya, kunyahnya dan laqabnya.
Jadi ada kemungkinan dalam satu nama dalam satu orang itu sekaligus meliputi alam isim, alam kunyah dan alam laqab.
Hukum Alam Kunyah dan  Laqab
Apabila alam isim dan laqab berkumpul dengan satu orang, maka alam isim, alam didahulukan dan disusul dengan laqab, seperti :
هارون الرّشيد   dan  القنىأويس Kalau yang berkumpul itu  isim alam dan kunyah, maka tidak ada ketentuan yang mana harus didahuluakan seperti :  عمرأبوحفص atau  حفصعمرابو
Apabila ada alam pada seseorang, maka:
a.       Apabila kedua alam itu berbentuk lafal yang marfud (bukan murakkab), maka lafal pertama yang dimudhafkan kepada lafal yang kedua seperti    لد تميمخا . atau lafal kedua diikuti lafal pertama baik sebagai badal atau athaf bayan, seperti هذاخا لد تميم = Ini adalah Khalid (yaitu) Tamin, kecuali apabila alam pertama disertai dengan  أل atau alam yang kedua berasal dari isim shifat yang disrtai ألmaka yang kedua harus mengikuti yang pertama, baik badal ataupun athaf bayan, dan tidak oleh lafal yang pertama diidhafkan  kepada lafal yang kedua, seperti :
  هااالحارث ز يد – رحمالله ها ر و ن الر شيد – كان حد تم الطائ مثهورابا لكرم
(Ini Al Hadist Zaid).
(Semoga Allah melimahkan Rahmat kepada Harun Ar Rasyid).
(Hatim Ath Thai itu terkenal dengan kedermawananya).
b.      Apabila kedua alam berebentuk murakkab (lafal yang tersusun) atau salah satu dari alam itu mufrad, sedangkan salah satunya lagi murakkab, maka alam yang kedua wajib mengikuti alam yang pertama dalam masalah i’rabnya, seperti:
No
Keadaan kedua Alam
Contoh
Keterangan
1)
Keduanya Murakkab
هذاعبدالله علم الذ ين
رايت عمدالله علم الذ ين
مر ر ت بحبدالله عام الذ ين
Marfu’
Manshub
Majrur
2)
Yang Depan Murakkab
هذاأبو عبد لله محمد
رايت أبا عبد لله محمد
مرر ت بأ بى عبدالله محمد
Marfu’
Manshub
Majrur
3)
Yang Depan Mufrad
هذاعلى ز ين العا بد ين
راين عليا ز ين العا بد ين
مرر ت بعلى ز ين العا بد ين
Marfu’
Manshub
Majrur

Alam Murtajal dan Alam Manqul
Alam murtajal adalah lafal yang memang dengan sendirinya dan dari asalanya telah menunjukan alam, maksudnya lafal tersebut tidak pernah dipakai untuk selain alam, seperti   سعا د dan عمر
Alam Manqul adalah lafal yang dipakai sebagai alam akan tetapi lafal terebut diambil dari lafal yang sebelumnya menjadi alam, lafal itu dipakai bukan sebagai alam. Alam manqul ini ada kalanya diambil dari
a.       Masdar, seperti:             فضل     ز يد
b.      Isim Jinis, seperti:                     ا سد
c.       Isim Shifat, seperti: سعيد  معو د , حا ر ث
d.      Fi’il, seperti: حير  يشكر , ا با ن , شمر    قم
e.       Jumlah Ismiyah, seperti:بط سرا , جا رالحق   تأ
Alam Syakhshy Dan Alam Jinsi
Ditinjau dari egi tertentu dan tidaknya siapa orang atau barang yang ditunjuki, maka alam ada dua macam, yaitu alam syakhshy dan alam jinsi.
Alam Syakhshy adalah lafal yang ada pada asal terbentunya dipakai untuk menunjukan sesuatu yang tertentu dan tidak seluruhnya meliputi sluruh jenisnya, walaupun kadang-kadang alam syakhshy ini dimiliki lebih dari satu orang (beberapa orang mempunyai nama sama), seperti :   لد   سعيد   سعا دجا . lafal ini menunjukan jenisnya harimau, artinya apabila kita mendegar lafal ini berarti yang dimaksudkan adalah harimau. Contoh lain alam jinsi diantaranya adalah :اب   
-          ا بى خعد = alam untuk anjing hutan/serigala
-          كسرى    = alam untuk Raja Persia
-          قصر  = alam untuk Raja Romawi
-          خا قا ن = alam untuk Raja Turki
-          تبع  =alam untuk raja Yaman
-          النجا شى  = alam untuk Raja Habsyi
-          فر عون  = alam untuk Raja Qibthi
-          العز يز  = alam untuk Raja Mesir
Terkadang alam jinsi ini dapat berupa :
a.       Nama sesuatu (yang bukan kunyah dan bukan qalab), seperti :ثعا لة    = nama untuk musang
b.      Nama kunyah (yang didahului dengan ب   أdan  أم), seperti :
-          ام عر يط  = binatang kala
-          ابى احار ث = harimau
-          ا بى احصبين = musang
c.       Nama Laqab mengandung arti pujian atau cacian, seperti :
-          ا لا حصل = kucing
-          ذ ى النا ب = anjing
Alam jinis tidak hanya menunjukan jinisnya, benda secara konkrit saja melainkan ada pula yang menunjukkan sesuatu yang sifatnya maknawi (abstrak), seperti :
-            بر ة Menunjukan arti kebaikan
-           كيسا نMenunjukan arti khianat
-           أم فتثعمMenunjukan arti mati
-           أم الصبوMenunjukan arti kejadian yang besar
-           حما دMenunjukan arti pujian
-           يسا رMenunjukan arti kemudahan
Alam jinis apabila dilihat dari makna atau sesuatu yang ditunjuki, maka ia tergolong isi nakirah, karena alam jinis ini tidak menunjukkan satu benda atau satu barang saja melainkan menunjukkan satu benda atau satu barang saja melainkan menunjukkan sesuatu yang menyeluruh. Sedangkan apabila dilihat dari segi lafalnya, maka alam jinis ini tergolong isim ma’rifat dan diberlakukan seperti alam syakhshi, sehingga alam jinis ini :
a.       Dapat dijadikan mubtada’, seperti  تعا له مراوغ
b.      Dapat dijadikan sebagai shahibulhal, seperti  مت مقيلاهاااسا
(ini Usaman dalam keadaan datang)
c.       Dapat dijadikan isim yang tidak berhak atas tanwin (isim ghairu munsharif) apabila didalamnya terdapat alasan atau ilat yang dapat menghilangkan tanwin (sharf), seperti ابتعد من ثعا له lafal ثعا له  ini tidak menerima tanwin sebab didalamnya terdapat dua ilat yaitu alam dan ta’nits
d.      Tidak dapat diberi huruf takrif, seperti : الأسا مة
e.       Tidak boleh dilafahkan kepada isim lain, seperti أسا مة الحا لة
Beberapa hal yang tersebut diatas adalah merupakan ketentuan yang hanya belaku pada isim ma’rifat. Sehingga dengan melihat ketentuan tersebut, maka alam jinis termasuk isim ma’rifat.
Alam jinis berbeda dengan isim jinis. Perbedaan dapat dilihat pada table berikut ini :
No
Isim Jinis (Nakirah)
Alam Jinis
1).
Nakirah baik lafal maupun maknanya( lafalnya dapat diberi ال sedangkan maknanya tidak tertentu kepada stu benda.
Nakirah dalam segi makna dan ma’rifat dalam segi lafal
2).
Tidak dapat dijadikan Mubtada’
Dapat dijadikan mubtada’
3).
Tidak dapat menjadi Shahibul hal
Dapat menjadi Shahibul hal

Alam jinis ini tidak berbeda dengan isim jinis yang diberikan ال jinsiyah, seperti lafal اسا مة سخا ع sama dengan الأ سد شجا ع  Alam jinis dan isim jinis yang telah diberi ال jinsiyah adalah Nakirah dalam segi maknanya dan ma’rifat dalam segi lafalnya.
Alam Ghalabah
Alam Ghalabah ialah alam yang dibentuk dari lafal yang memang sering dan lazim dipakai sebagai alam. Alam Ghalabah ini sering dibentuk dari :
a.       Tarkib idlafi yang mudlaf ilailahnya berupa isim ma’rifat seperti ; ابن ما لك , ابن عمر , ابن عبا س  
b.      Isim yang diberi ال ‘ahdiyah (menjadikan hati menjadi mengerti dan paham terhadap maksud dari isim tersebut).
Perlu diketahui bahwa alam ghalabah sebagaimana disebutkan diatas menurut asal pembentukannya bukan alam, akan tetapi lafal lazim dipakai untuk alam.
Supaya lebih jelas untuk memahami alam ghalabah, maka dapat dilihat dari beberapa contoh di tabel berikut ini :

No

Contoh
Artinya
Yang Dipakai
Sesuai Asal
1)
ابن عبا س
Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutalib
Putra leleki Abbas (siapa saja)
2)
ابن عمر
Abdullah bin Umar bin Al Khatanb
Putra lelaki Umar (siapa saja)
3)
ابن ما لك
Muhammad bin Malik
Putra lelaki Malik (siapa saja)
4)
المد ينة
Madinah Nabawiyah (dahulu Yasrib)
Kota mana saja
5)
العقبة
Pelabuhan dipantai Laut Merah
Jalan sulit mendaki gunung
6)
الأفية
Bait-bait Nahwu yang dikarang oleh Ibnu Malik
Siapa yang seribu

I’rab Isim Alam
Isim alam yang Mufrad (bukan murakkab) dii’rabi sesuai dengan kalamnya, baik rafa’, nashab maupun jarr, seperti
مرر ت بر هيرا     رايت ز هيرا     جاءزهير
Alam yang merupakan murakkab idhaf’i (susunan yang tediri dari mudaf dan mudalaf ilaih), maka mudlafnya saja yang di’irabi sesuai dengan susunan kalamnya, sedangkan mudlaf ilaihnya selamanya dibaca jarr.
Alam yang merupakan murakkab majzi(alam yang tersusun tidak dari murakkab idaf’i dan isnaidi), isim yang pertama selalu dibaca fathah.
Sedangkan isim yang kedua bukan berupa lafal و يه   maka isim yang pertama dibaca dhamah ketika rafa’ dan fathah ketika nasab dan jarr. Isim ini termasuk ghairu munsharif, sebab mempunyai dua ilat, yaitu alam dan takrib mazji, seperti :
No
I’rab
Contoh
Keterangan
1)
Marfu’
بعليك بلد ة طيبة الهواء
Nama negeri Syam
2)
Mansub
رايت بعلبك
3)
Majrur
سا فر ت الى بعلبك

Apabila lafal yang kedua berupa و يه   , maka lafal tersebut kasr (selalu dibaca kasrah) baik pada waktu rafa’, nasab maupun jarr, seperti :
No
Marfu’
Manshub
Majrur
1)
ر حم سيبو يه
رحم الله سيبو يه
رحمة الله سيبو يه

Isim alam yang berupa murakkab isnadi, maka tidak ada perubahan harakat pada lafal tersebut baik ketika rafa’, nashab maupun jarr dan i’rabnya hanya dikira-kirakan saja (muqaddar), seperti :
No
I’rab
Contoh
Keterangan
1)
Marfu’
جاءجارالحق

Nama orang
2)
Manshub
رايت جا رالحق
3)
Majrur
مررت اجادالحق


Isim alam yang berupa murakkab ‘adadi (susuan yang menunjukan bilangan) seperti  حمسة عثر   dan isim yang berlaku seperti susunan ‘adad tersebut seperti lafal بيت           حيص  بيص     بيت  (apabila dikhedaki untu satu nama), maka isim tersebut tetap pada bentuknya sebagaimana ketika sebelum menjadi alam. Namun demikian boleh juga di’irabi seperti isim ghairu munsharif dengan diberlakukan sebagai murakkab majzi, seperti    بعلبك   : dan  مو ت حضر  Akan tetapi ketentuan yang petama adalah yang lebih baik.
BAB.III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dapat kita simpulkan dari pembahsan Isim Alam ini adalah, Isim Alam yaitu merupakan Isim yang menunjukan nama yang menurut(asal) bentuk katanya telah menunjukan sesuatu yang tertentu tanpa ada qarinah.
Isim Alam terdapat tiga macam yaitu 1) Ditinjau dari jelas dan tidaknya, isim alam dapat dibagi menjadi:  1. Alam Isim, 2. Alam Kunyah, 3. Alam laqab.
2) Ditinjau dari asal usulnya lafal, isim alam terbagi menjadi: 1. Isim Alam Murtajal, 2. Isim Alam Manqul.
3) Ditinjau dari segi siapa yang ditunjuki, maka isim alam dapat menjadi: 1. Alam Syakhshy, 2. Alam Jinsy.

B.     Saran
Akhirnya pemakalah mengucapkan banyak terima kasih terhadap penyelesaiaan makalah ini, disamping itu kami para makalah mengharapkan adanya saran dari pembaca dari pemikiran ilmu agama islam yang lebih baik dan serta sempurna, guna untuk memperbaiki makalah kami yang serba kekurangan.




DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Musthofa Al Gholayuini, Terjemahan Jami’ud Durus Al’arobiyah,CV. Asy Syifa. Semarang 1971.
Drs. AH. Akrom fahmi, Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (tata bahasa arab), PT. Raja Grafindo Pesada Jakarta, 2002.
Syeikh Syamsuddin Muhammad Araa’ini Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammiyah Ajjurumiyah, Sinar Baru Algensindo 2012